Your Ad Here

Jumat, 27 Maret 2009

Bonsai-Szene



Swissbonsai.ch ist eine Plattform im Dienste aller nationalen Bonsai-Vereinigungen, den regionalen Arbeitsgruppen und Club’s sowie allen Bonsai-Enthusiasten.
Alle Bonsai-Organisationen und aktive Bonsai-Freunde sind herzlich dazu eingeladen, hier unter anderem ihre Organisation, ihr Jahresprogramm und News, aber auch allgemein interessante Privatbeiträge zu veröffentlichen.

News / Aktualitäten / Kuriositäten
Diese Website ist eine dynamische Informationsplattform und lebt von den Beiträgen aus der ganzen Bonsai-Szene, … auch von Deinen!
Auch in dieser Branche wird hinter vorgehaltener Hand "gemunkelt" was das Zeug hält, Gerüchte haben Hochkonjuktur. Der Chronist spitzt natürlich die Ohren, denn irgendwie sollte man ja dieses Szenengeflüster der Nachwelt erhalten.

Bilder-Galerie
Falls auch Du Deine Bonsai-Bilder in der Galerie präsentieren möchtest, kannst Du jederzeit mit mir Kontakt aufnehmen.

Agenda
Wenn auch Du eine Veranstaltung, einen Anlass oder Termin bekannt zu geben hast, sende mir rechtzeitig eine EMail. Die Adresse findest Du unter -> Kontakt.

Idee, Konzept und Management:
Peter Stutz, 2006

La scène Bonsai
Une platte-forme, présente sous swissbonsai.ch, destinée à toutes les organisations nationales de Bonsai, à tous les clubs et groupes de travaux régionaux ainsi qu à tous les passionnés de Bonsai.
Chaque organisation de Bonsai ainsi que les amis actifs des Bonsai sont cordialement invités à publier leur organigramme, leur programme annuel, les news mais également tous les sujets susceptibles d intéresser les amateurs de Bonsai.
Ce site web est une platte-forme d information dynamique qui vit de tous les communiqués de la scène Bonsai ...Également du tien!
En effet, le monde des amateurs de Bonsai vit du bouche à oreilles, de chaque petit conseil magique. Il serait tellement dommage de ne pas en faire profiter d autres.
Si toi également désires présenter tes photos de Bonsai dans la galerie, n hésites pas à me contacter.
Si tu désires publier la date d une manifestation, d un event ou autre, fais moi parvenir ton contact e-mail. Tu trouves l adresse sous <<contact>>
Idée, concept et management: Peter Stutz, 2006
Swissbonnsai.ch è una piattaforma al servizio di tutte le associazioni nazionali di Bonsai, di tutti i gruppi di lavoro regionali e di tutti i club cosi come di tutti gli amatori del Bonsai. Tutte le organizzazioni di Bonsai e tutti gli amici attivi del Bonsai sono gentilmente invitati a rendere pubblici su questo sito la propria organizzazione, il proprio programma annuale e le proprie news ma anche degli interessanti contributi di ordine privato.
Questo sito è una dinamica piattaforma informativa che vive dei contributi di tutta la scena bonsai.. anche del tuo!
Anche in questo campo si mormora tanto sottovoce e ci sono sempre molte chiacchiere. Naturalmente il cronista apre bene le orecchie poichè in qualche modo queste voci devono poi arrivare ai posteri.
Se anche tu vuoi presentare le tue foto di Bonsai nella galleria, puoi contattarmi in qualsiasi momento.
Se anche tu vuoi rendere nota una manifestazione, un evento o un appuntamento, spediscimi per tempo un email. L indirizzo lo trovi sotto
Idee, concetto e management: Peter Stutz, 2006

Seniman Bonsai

Seri bonsai sebenarnya tak berasal dari Jepang melainkan Cina. Benarkah demikian? PENDAPAT YANG SANGAT BERALASAN DAN TELAH BANYAK DIAKUI OLEH PARA SENIMAN BONSAI DUNIA. Istilah bonsai sendiri memang merupakan serapan dari dua kata bahasa mandarin Pen-Zai yang bermakna pohon dalam wadah alias pot. Sebelum beken sebagai bonsai, dalam bahasa Jepang, tanaman kerdil dalam pot itu disebut hachi-no-ki. Seni yang oleh khalayak dikenal sebagai seni mengerdilkan tanaman.


Seni serupa sudah lebih dulu berkembang di Tiongkok. Dike- nal dengan sebutan Penjing (Pinying). Pen berarti pot alias wadah dan Jing memiliki makna panorama. "Jadi sebenarnya terbalik kalau belakangan ada yang justru memasukkan penjing sebagai bagian dari seni bonsai" ungkap Robert Steven, seniman Jakarta Pusat.

LEBIH PUITIS
Penjing bukanlah sekadar pemandangan dalam pot yang dikagumi karena keindahannya saja. Tujuan utama dari para seniman penjing adalah menangkap esensi dan roh objek yang bakal dibikin miniaturnya. Tidak hanya mengambil objek langsung dari alam. Inspirasi bahkan bisa juga berasal dari puisi tentang alam dan juga lukisan pemandangan alam.

Saat ini seni membuat miniatur tanaman anal Tiongkok ini seringkali dipisahkan secara tegas dari bonsai. Miniatur lanskap dalam pot alias berwujud pemandangan clam atau dominasi bebatuan disebut penjing. Sementara miniatur yang didominasi pohon baik tunggal maupun grouping cenderung disebut bonsai. "Sebenarnya sama, yang berbeda hanya nuansanya saja. Penjing atau bonsai Cina cenderung lebih puitis," ungkap Robert.

Seni yang berkembang sejak zaman Dinasti Tang itu memang mengenal paling tidak tiga variasi kategori. Kategori pertama adalah shumu penjing alias penjing pohon yang menempatkan pohon sebagai tokoh utama.

Kategori kedua, shanshui penjing alias penjing lanskap yang menonjolkan figur bebatuan sebagai elemen utama dan dominan. Sementara kategori ketiga adalah shuihan penjing alias penjing air dan tanah yang menggabungkan unsur panorama daratan dan perairan. Semisal mengambil bentuk miniatur dari suatu pemandangan alam di tepi sungai atau danau.


TEKS: RUDI
FOTO: DOK. ROBERT STEVEN

Ragam Tanaman Bonsai

E-mail Print
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. 8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.

A. Bahan Organik

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi.

8eberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, mosS, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.


1. Arang

Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat coeok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.

Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau eendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang eenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.

Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipeeah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 em atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 em, lebar 2-3 em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah (pot) yang lebih keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil.


2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.

Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecillainnya.

Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.



3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam Il1emperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.

Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Ydng telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL,rubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.



4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.

Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.

S. Pupuk kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.

Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.

Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.


6. Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I 'iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.

Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.

Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).

7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.

Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.

Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.

8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil)

Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl'rjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

B. Bahan Anorganik

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.


1. Gel

Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.

Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.

Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.


2. Pasir


Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses :o::misahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau ~'lgin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan ::emupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).


3. Kerikil

Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang :idakjauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.

Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.


4. Pecahan batu bata

Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 em. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam
ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.

5. Spons (floralfoam)

Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spans sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.

Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap
terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja.

6. Tanah liat

Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki poripori berukuran keeil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang eukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.

Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, eangkok, dan bonsai.

7. Vermikulit dan perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan H',lum. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam,

vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.

Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air.

Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.

8. Gabus (styrofoam)

Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.

Sekarang, beberapa nursery menggunakan styrofoam sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam yang digunakan dalam bentuk yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola kecil, berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya
mennjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh semut.

Tools Bonsai

Without tools, we are no better than the animals...

Joebonsai tools are hand forged in Japan, out of solid steel, by the same companies that have made swords for hundreds of years - the quality is legendary. And that's important because Chinese tools are the standard fare at most bonsai retailers since they're cheap and easy to import. Unfortunately, the quality stinks. Shop carefully - you'll only have to buy a Japanese tool once.

Merawat Bonsai

A. PENYIRAMAN
Pada musim kemarau bonsai sebaiknya disiram setiap hari, pada pagi dan sore hari. Air untuk penyiraman harus air jernih, bersih, tidak berbau, dan bebas garam. Penyiraman dilakukan dengan dua cara. Pertama, menyiramkan air secara langsung kepada media tanam. Kedua, mencelupkan pot bersana media tanamnya kedalam air hingga air dapat meresap dan media tanam basah benar.

B. PEMUPUKAN
Harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Frekuensi pemupukan yang disarankan adalah sebulan sekali dengan pupuk yang digunakan NPK dan urea. Pupuk daun juga bisa diberikan sebulan tiga kali.

C. PENYIANGAN DAN PEMANGKASAN
Penyiangan dilakukan setiap hari. Terutama jika terlihat adanya gulma (tanaman liar) di media tanam. Untuk menghindari gulma disarankan untuk memberi lumut di permukaan media tanam. Lumut berwarna hijau sekaligus berfungsi sebagai indicator kelembapan. Pemangkasan batang, cabang, ranting, dan daun bonsai dilakukan untuk membentuk bonsai sesuai dengan keinginan. Disesuaikan dengan kebutuhan atau sesuai dengan kondisi bonsai itu sendiri. Jika pertumbuhan bonsai jenis tanaman yang cepat, pemangkasan dilakukan sebulan sekali. Jika bonsai tanaman yang pertumbuhannya lambat, pemangkasan cukup dilakukan 2-3 bukan sekali

D. PEMBUKAAN KAWAT
Bisa dilakukan setelah kawat tampak tenggelam atau masuk ke dalam batang, cabang, atau ranting bonsai. Dilakukan dengan hati-hati mengikuti arah lilitannya dan harus diusahakan tidak sampai tidak menyebabkan luka.

E. REPOTTING

a. pengganti media tanam dan pemangkasan akar
Harus dilakukan jika akar telah tumbuh padat. Biasanya pada saat bonsai berumus enam bulan atau satu tahun sejak pembuatan.caranya, bonsai dilepaskan dari potnya, kemudian separuh dari media tanam yang menenpel pada perakaran dibuang dan separuhnya dibiarkan tetap menempel.

b. pengganti dan perubahan tata letak pot bonsai
Dilakukan pada saat penggantian media tanam. Sama dengan penggantian media tanam,jika bonsai sudah semakin membesar dan akarnya memenuhi pot. Idealnya dua kali penggantian media tanam.

F. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang sering menyerang dan mengurangi keindahan tanaman bonsai adalah wereng cokelat dan ulat. Cara mengendalikan dengan cara menyemprotkan insektisida. Hewan pemeliharaan seperti anjing, kucing, atau ayam juga bisa jadi hama bagi tanaman bonsai, yakni menginjak atau mencakar bonsai hingga rusak.

Aneka Bonsai

Tanaman atau pohon yang akan dibuat menjadi bonsai disebut dengan bakalan bonsai. Bakalan bonsai berupa tanaman yang diambil dari alam atau dari hasil perbanyakan, baik biji, setek, cangkok, okulasai, maupun enten. Dari mana pun asalnya, tanaman yang dimaksud harus memiliki kriteria-kriteria khusus. Hal ini disebabkan tidak semua jenis tanaman bisa dibentuk menjadi bonsai. Jika kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, tentu kita bisa mendapatkan bonsai yang sempurna.

A. KRITERIA TANAMAN YANG BISA DIBONSAI
Umumnya, tanaman yang akan dibonsai harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Tanaman Dikotil
Tanaman dikotil atau berkeping dua umunya berbentuk pohon yang keras dan berekambium. Jenis tanaman inilah yang paling ideal dijadikan bonsai. Tanaman jenis monokotil (seperti jenis kelapa dan bamboo) bisa juga dikerdilkan, tetapi disebut dengan bonsai sejati. Demikian juga dengan jenis semak dan perdu. Meskipun bisa dikerdilkan, tidak bisa dijadikan bonsai sejati.

b. Berumur Panjang
Idealnya, bonsai dibuat dari tanaman yang berumur panjang. Pasalnya, bonsai merupakan seni yang terus tumbuh, sehingga memerlukan tanaman yang bias bertahan hidup puluhan, bahkan ratusan tahun.

c. Tahan Hidup Menderita
Tanaman yang akan dibonsai sebaiknya tahan hujan dan panas. Selain itu, juga tahan terhadap kondisi wadah yang sempit dan terbatas. Sebagai bonsai, tanaman harus biasa hidup terus meskipun jumlah makanan atau nutrisinya sedikit dengan perkembangan akar dan batang yang seadanya.

d. Bentuknya Indah Secara Alami
Secara alami, pohon yang akan dibonsai harus sudah memiliki daya tarik atau keindahan, baik daun, batang, akar, bunga, maupun buahnya. Keindahan tersebut akan semakin menonjol dan proporsional setelah mendapatkan perlakuan sesuai dengan tata cara pembonsaian yang benar.

e. Tahan Mendapat Perlakuan
Untuk mendapatkan bonsai yang sempurna, pohon atau bakaln bonsai perlu diperlakukan dengan teknik-teknik tertentu (detraining). Perlakuan seperti sebenarnya merupakan bentuk penyiksaan terhadap tanaman. Biasanya, tanaman yang tidak tahan akan mati. Karenanya, tanaman harus tahan dipahat, dikawat, dan juga dipangkas setiap saat.

Contoh tanaman yang bisa dibuat bonsai di antaranya, yaitu Azalea, Pinus, Asam, Ulmus, Jeruk, Beringin, Bougenvill, Buxux, Sianto, dll.

TEKNIK MEMBONSAI

A. KREATIVITAS DAN KETEKUNAN SEBAGAI MODAL UTAMA

Membuat bonsai tampaknya mudah dan sederhana. Padahal, membuat bonsai yang baik sebenarnya cukup sulit bagi orang awam dan gampang-gampang susah bagi yang sudah mengetahuinya. Yang jelas, menciptakan bonsai yang baik membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Paling cepat 2-4 tahun. Lamanya waktu tergantung pada jenis tanamannya. Ada 4 ukuran tinggi bonsai yang bisa dipilih, yakni miniature, kecil, sedang, dan rata-rata. Biasanya bonsai miniature tinggi hanya sekitar 5cm dan dipersiapkan selama sekitar 5 tahun. Bonsai kecil tinggi 5-15cm yang membutuhkan waktu persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai berukuran sedang tinggi 15-30cm yang memerlukan waktui persiapan sekitar 3 tahun. Membuat bonsai membutuhkan kreativitas, ketekunan, ketelitian, dan kasih sayang.

B. MODEL ATAU GAYA BONSAI

Model atau gaya bonsai paling dasar yang perlu dikuasi pemula adalah berdasarkan gaya tumbuhnya, yakni formal dan menggantung. Penjabaran lebih jelas kedua gaya ini adalah sebagai berikut:

a. formal
Model atau gaya formal mengikuti pertumbuhan normal dari tanaman yang bersangkutan. Gaya ini terdiri dari tegak lurus, tegak berliku, dan miring.

1. Tegak Lurus
Bonsai dengan gaya tegak lurus memiliki batang yang tegak lurus dari pangkal akar sampai ke top mahkota atau puncak batang. Diameter pangkal batang besar dan semakin ke atas batang semakin mengecil. Demikian juga dengan cabang dan ranting pun semakin ke ujung semakin mengecil. Diameter cabang dibagian bawah lebih besar dibandingkan dengan bagian atas. Akar bonsai ini kuat dan menjalar ke segala arah dipermukaan media tanam. Bonsai dengan gaya ini memiliki jarak antar cabang yang tidak merata. Semakin ke atas jarak antar cabangnya semakin rapat. Arah percabangan harus diperhatikan. Pembentukkan bonsai dengan gaya tegak lurus diawali dengan menentukan cabang yang akan dijadikan sebagai top mahkota. Setelah cabang top mahkota ditentukan, batang yang terletak diatasnya dipotong. Sebaiknya, pemotongan batang tersebut menghadap kesamping atau kearah belakang agar bekas pemotongan tidak tampak didepan.

2. Tegak Berliku
Bonsai dengan gaya tegak berliku memiliki batang yang tegak, tetapi berlekuku-lekuk. Seperti halnya bonsai dengan gaya tegak lurus, bonsai ini juga memiliki pangkal batang yang besar dan semakin ke top mahkota mengecil. Cabang bagian bawah lebih besar dibandingkan cabang dengan bagian atasnya. Namun, cabang bagian atas itu tampak tumbuh di setiap lekukan batang. Cabang bagian bawah dibentuk hingga tingginya sepertiga dari tinggi keseluruhan batang. Lekukan sebaiknya selalu dibuat mengarah kekiri dan kekanan atau sebaliknya. Agar terkesan alami, arah cabang perlu dibuat kedepan agak menyerong kekiri atau kekanan, sehingga lekukannya tampak dari arah depan.

3. Gaya Miring
Bonsai dengan gaya miring mengesankan sebuah pohon yang tumbuh di sebuah lereng atau tanah yang miring. Bonsai dengan gaya ini memiliki pangkal batang yang lebih besar dari pada pucuk batangnya. Akarnya harus terkesan kuat menahan tegaknya pohon. Pembentukan bonsai bergaya miring diawali dengan pengawetan batang. Batang yang tadinya tumbuh tegak diubah arah tumbuhnya ke samping dengan melakukan pengawatan. Lama-kelamaan, batang yang dikawat akan tumbuh miring dengan sendirinya. Arah percabangan sebaiknya dibuat sejajar dengan permukaan tanah atau merunduk kea rah permukaan tanah, sehingga kesan miring bisa terlihat jelas.

b. Menggantung atau cascade
Gaya ini berlawanan dengan pertumbuhan normal tanaman. Gaya ini ada dua, yakni semi menggantung dan murni menggantung

1. Setengah Menggantung
Bonsai dengan model setengah menggantung mengesankan pohon yang tumbuh di tempat-tempat tandus, seperti tebing yang curam. Pohon di sela-sela tebing pertumbuhannya akan membelok ke atas mencari cahaya. Jika dipindahkan ke pot, pohon itu tampak miring dan menggantung. Bonsai dengan gaya ini puncak atau top mahkotanya tidak boleh melebihi bibir pot

2. menggantung
Gaya menggantung sama dengan gaya setengah menggantung, hanya top mahkotanya melebihi atau jauh dibawah biir pot. Cara pembentukannya juga sama dengan pembentukan bonsai bergaya setengah menggantung.

C. TEKNIK MEMBONSAI

a. pemotongan dan pemangkasan
prinsipnya, pemotongan dan pemangkasan dilakukan hingga lukanya rata dengan permukaan pangkal tumbuhannya. Pemotongan batang atau cabang yang kurang sehat atau pertumbuhannya jelek harus mempertimbangkan pertumbuhan cabang atau lainnya yang sehat. Pertumbuhan bisa diperbanyak dengan cara pemotongan akar mengarah ke samping.

b. pengawatan
Bertujuan membentuk batang, cabang, dan ranting agar tumbuh sesuai dengan arah yang diinginkan. Pengawatan harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan terlalu kencang, tetapi jangan terlalu longgar.

c. posisi bonsai di pot
Posisi yang sempurna ditentukan oleh letak tanaman di pot yang digunakan. Posisi bonsai tergantung pada gaya yang digunakan. Jadi, bonsai tidak harus ditanam ditengah-tengah pot. Dipot persegi panjang, lonjong, atau oval, atau pot memanjang, tanaman bisa diletakan dengan jarak sepertiga dari sisi pot.

d. penanaman
Langkah-langkah penanaman bonsai:

  1. siapkan pot, media tanam, dan bakalan bonsai
  2. kurangi akar bakalan bonsai agar sesuai dengan ukuran pot
  3. masukkan sebagian media tanam ke dalam pot
  4. tanam bakalan dengan posisi tanam yang pas
  5. masukkan kembali media tanam untuk menguatkan posisi tanam tersebut, kemudian padatkan menggunakan ujung jari dan telapak tangan
  6. rawat bonsai dengan baik

e. Menciptakan kesan tua
Bonsai akan lebih bagus jika tanaman tersebut diberi kesan tua. Kesan tua ini biasanya ditandai dengan pertumbuhan cabang yang rata-rata merunduk ke bawah dan akar yang menjalar sampai permukaan tanah

Water Jasmine - Wrightia religiosa


Water Jasmine - Wrightia religiosa
by Jerry Meislik
On a visit to Malaysia in 1989 we observed many and varied tropical materials used for bonsai including ficus, citrus, juniper, and Fukien tea. The Water Jasmine, Wrightia religiosa, was the material most often used for bonsai in Malaysia but one with which I had no familiarity. In subsequent travels I have seen Water Jasmine used as bonsai in Vietnam, Singapore, Taiwan, Thailand and in other Southeast Asian countries.
The plant is a common hedge material and grows 20 feet tall and up to one and a half feet in diameter. It is widely planted because of its medicinal qualities. Wrightia bonsai may be seen from mini-size to giant five footers. The plant has attractive two inch leaves that dwarf well. Additionally, the Wrightia is twiggy and exhibits good bonsai character. It has a smooth gray bark with old specimens occasionally displaying a fluted lower trunk . Wrightias have prominent almost succulent roots which may be used to great advantage in many exposed root bonsai styles.
Propagation is easy since Wrightias sprout readily from seed contained inside a green bean-like pod. It is also easily grown from both branch and root cuttings. Most of the small sized bonsai are derived from root cuttings.
As its common name suggests, Wrightias tolerate moisture, and prefer as much direct sun as possible. Despite the name keeping the trees normally moist is better than sopping wet.
Several forms of the Wrightia are in cultivation. The typical plant has a cluster of small drooping single white flowers and there is a less common double flowered form. Interestingly, the double flowered plant does not set seed, so it must be propagated from cuttings. There is also a miniature leaf Wrightia that is less commonly seen, as well as a medium sized leaf form. Both of the smaller leaf varieties are less vigorous and more difficult to grow.


A small leafed Wrightia variety with a full sized Wrightia leaf at the base of its trunk.
Growing the Wrightias in Southeast Asian heat demands that small trees be watered frequently. Often small potted trees are placed into a larger sand filled container to help keep roots cool and moist. Since Wrightias grow quickly repotting should be done at least every two years.
I have grown several Wrightia trees indoors under lights and have found them to be undemanding to grow. Wrightias like temperatures constantly above 65F. Cooler temperatures are not well tolerated. They also like more light than some indoor bosai such as Ficus or Schefflera. More work needs to be done to determine whether Wrightias are useful for windowsill growing. Wrightias should definitely be used in all tropical and semi-tropical areas.
In the tropics Wrightias are defoliated several times a year to produce smaller leaves and to increase twigging. Several weeks to one month before a show plants are defoliated, forcing the plant to refoliate and to be in complete flower for the display. Flowers develop after the 3rd new leaf forms. The blooming period then lasts about two weeks. The flowers are white, pendulous, and fill a room with a very lovely fragrance. Long, green bean-like seed pods follow flowering if insects pollinate the flowers.
Seed pods ripen, turn black, and crack open to release the small fuzzy capped seeds. New plants are easily grown from the fresh ripe seed. Flowering starts in two years from seed, and cutting grown material.
Insects do not bother Wrightias to any significant extent and insect infestation is cured with the usual treatments. Wrightias are not particularly sensitive or damaged by any of the usual insecticide sprays, but Sevin insecticide causes leaf drop.
Wrightia appreciate a regular fertilizer regimen, and are not fussy as to fertilizer type. Of course, as with all potted trees never fertilize a dry plant.
Wrightias tolerate high heat and humidity but low humidity levels are also not a problem. We are not sure how much cold it takes to severely injure them, but I would suggest keepng temperatures above 65 Fahrenheit.
In Southeast Asia bonsai designs can include virtually every type of design but lots of exposed roots, and formal tiered canopies of leaves seem quite popular. Branch arrangements follow classical bonsai design. Wrightias are formed into upright, hollow trunk, forest, rock planted and every other conceivable style. The natural growth pattern of Wrightias is to produce many basal shoots so sprout, raft , and clump styles are quite logical and easily designed.
In conclusion, Wrightias are delightful plants with good bonsai character. Everyone with an interest in tropical plants should give them a try. Jim Smith of Vero Beach has Wrightia trees for sale and he may be contacted at jamess@gate.net

Bonsai Features

A Close-Up on Indoor Tropical Bonsai in Northern ZonesBy Pauline F Muth
In the traditional sense of bonsai, there are no indoor bonsai.
Bonsai artists created their masterpieces from the local species that could remain outside year round in their climate. Modern houses generally are not suitable for the growth of bonsai. Yet people today want to grow their trees inside their homes; so specialized botanical knowledge that allows people to grow houseplants must be learned and modified to work with bonsai. If we remember that the first bonsai artists had to learn the special techniques that allow a tree to survive in a pot environment, we can treat growing bonsai indoors as a learning extension of existing bonsai horticulture.
In order to grow bonsai in our homes we need to overcome the following problems that are inherent with indoor conditions: * Lack of enough light intensity and duration for photosynthesis * Low humidity (this effects some species) that can be desert like * Insect infestations that occurs when household insects are treated to your fresh bonsai * Temperatures that are not compatible with the life cycles of certain species Indoor bonsai are those that are designed from trees or shrubs that are * not hardy in our climate and * must be protected from frost and freezing by being grown indoors in cold weather. (Under most circumstances it is too difficult to grow the bonsai from species that are hardy in our climate indoors. There are some special techniques that can make it possible. This will be discussed in a future Close-Up.) During frost-free months indoor bonsai should be grown outside on a table or stand. Most take full sun. Ask the merchant for the proper light conditions for your plant or research the conditions it needs.
Growing conditions for Indoor Bonsai
1. Light: Light is the energy that uses nutrients, water and air to produce life and growth. a. When indoors, give the bonsai as much light as possible [A southern, western or eastern window can work. A northern exposure is not enough light. Ideally you should provide artificial light (12-14 hours under plant lights)]. Turn the tree often for best growth. Each species of bonsai has its own light requirements…ask about this when purchasing the bonsai or research their needs in order to grow them best. b. Lack of light is the critical limiting factor when it comes to growing tropical or semi-tropical trees indoors. Even if you have a greenhouse, you will need to provide additional light in fall and winter until the days get long enough to supply sufficient light energy. If you are growing your bonsai in a southern window, add in artificial light to supplement the natural light. c. There are a few species that can exist in the southern light of fall and winter and will survive until summer. Ficus and Carissa are two of these. It must be noted however that the internodal spacing of new growth will be longer than you would like and the leaf color may not be as green as in summer. d. Flowering species require the most light especially if you want blooms. e. Bonsai do well in artificial light gardens. Growing under various types of artificial lights allows you full control over the bonsai's environment. Choose wide spectrum fluorescent lights. Grow the plants close to the light. Adjust the distance based on the plants reaction in your environment. f. Measure light with a light meter and set up conditions that match the known requirements of the bonsai tree.
2. Air and Humidity: When the bonsai are outside in the northeast humidity is not a problem. Our often desert dry interiors increases the transpiration rate of plants and dries them out too quickly. In order to keep this under control, we must provide additional humidity. We can also adjust the type of tree or shrub we use. Plants with thicker leaves can tolerate lower levels of humidity that those with thin leaves. The ideal humidity for indoor bonsai is 40% to 50%. Check with a humidity meter (hydrometer) or use the wet blue jeans test. Hang a pair of washed blue jeans in the area you wish to grow your bonsai in the evening. If the jeans are dry by morning, the humidity is too low. There are several methods you can use to raise humidity in your growing area of your house. a. You can use a humidifier in the house to bring up the humidity for your bonsai and for your health too. The cool mist type works well. b. Place glasses or cups of water around your bonsai. As the water evaporates, the humidity rises. c. Place trays of water under your bonsai. Remember to place the bonsai on tiles to keep the roots out of water. d. Unless you have forced air heat, you may wish to add a small fan to improve air circulation around your bonsai.
3. Temperature This will depend on the type of indoor bonsai you wish to grow a. Tropical i. Grow in warm temperatures throughout the year ii. Inside they need 64-75 degree F daytime temperatures with 57 to 61 degree temperatures at night. iii. These need warm feet…that is their soil needs to be warm. This can be accomplished by soil heating pads used for seed germination or using house heating systems like radiators. b. Subtropical i. Those that grow naturally with warm summers and cool winter ii. Inside they like cool conditions from 41 to 59 degrees F and can go a bit lower at night. c. Semi Hardy i. These trees are boarder-line hardy in our climate. Follow temperatures for subtropicals but leave these outside in the fall until leaves have dropped before bringing indoors. ii. They can survive light frosts in fall before they are moved indoors. iii. Many of these trees can be treated as hardy bonsai.
4. Water a. Water them regularly (no softened water) with lukewarm water. Cold water reduces the plants ability to absorb nutrients. Let your full watering can stand overnight and the water will be at the proper temperature. Outside you may use a watering can with a fine rose or a garden hose equipped with a fine nozzle. Indoors, in your sink, water gently from the top daily. DO NOT soak established bonsai for watering. If you leave bonsai soaking in a tray with water you will develop root rot. You may water by immersion BUT do not soak them. b. NEVER allow the bonsai to dry out completely. Keep the soil slightly moist but not wet. c. To increase humidity place a few stones or small tiles in a tray of water and place the bonsai on these tiles. The tray should be larger than the total width and depth of the bonsai. Most indoor bonsai will need daily watering in the arid environments of our homes. d. Note: if the bonsai soil is too compacted or has glued on stones, the trees will not grow since the soil will not take in water…return the tree to the merchant if you just have purchased it. If the compaction is due to lack of repotting, do so. The ideal timing for repotting is discussed later.
5. Fertilizer and Other Nutrients a. Fertilize with organic pellets such as Bio Gold during the growing season. These pellets allow you to fertilize once each month and they fertilizer is slowly released as you water. Begin their use at the beginning of January and discontinue in September. b. In January or at repotting, treat the soil with a dose of micronutrients and a dose of chelated iron. Repeat the iron one month later. Spring for these trees starts in January if they have enough light. c. If the tree is a flowering species, add a dose of super-phosphate each month to promote flowering. Continue to fertilize through September. Allow the tree to rest from October through December.
6. Insect and Diseases Problems While the bonsai is indoors wash the plant in Ivory Liquid solution, Concern Soap or Safer Soap every 10 days to prevent insect problems. Remember to rinse the plant later with clear water. I have found that I only need to do this for 3 times in the fall and generally I do not have problems during the winter. When the bonsai is outside, insect problems are greatly reduced. You will note that my recommendations are natural rather than man made chemicals. I prefer to limit the species I grow rather than grow certain species that often have difficult to control problems. I will not add more harmful chemicals into Earth's environment. When you bring a new bonsai into your home environment, keep it separate and wash it a couple of time before putting it near your collection.
Specific problems that may occur include: a. Powdery Mildew: A fungus infection on the top of the leaves usually the result of a lack of air circulation combined with evening watering on the leaves. b. Downy Mildew: A grey covering on the underside of the leaves with yellow spots on the top of the leaves. Here again poor circulation and wet soil is at fault. This also occurs when humidity is too high. c. Chlorosis: When leaves are yellowish and veins remain green. This is an iron deficiency, Treat it with chelated Iron. In the long run it is advisable to treat your bonsai soil with iron as a regular routine rather than wait for problems to occur. d. Sooty Mold: This is a black mold of older plants and can result in an aphid infestation. Increase circulation and treat with a fungicide. Treat this early or you your bonsai will be killed. e. Root Rot: Results from wet soil. You must remove the rotted roots and change the soil. Revise your watering technique so that the soil does not remain so wet. Keep fertilizer to a minimum until you see a healthier plant. f. Aphids: You can often keep these at bay by showering them off. Place yellow sticky around the plants to attack the flying stage of this and other insects. g. Scales: Scratch off or use alcohol on a swab. h. Spider Mites: Keep mites from affecting your bonsai with a soap wash as previously described. Once you see the webs, your plants are in serious danger. Wash the plant once every 10days for 3 cycles to TRY to eliminate. A miticide may be needed i. Whiteflies: Again use the yellow sticky cards and wash with soap. j. Mealy Bugs: Use alcohol on a swab.
7. Trimming Use normal bonsai trimming techniques. Remember that "Spring" for indoor bonsai begins December 22 as the length of daylight begins its yearly lengthening. Do not allow the tree to get out of control in January and February when they will go through a period of rapid growth. At this time the length and intensity of light is critical if you do not want long internodal spaced.
8. Repotting Repot tropical trees in mid summer during their dormant period or in early winter before new growth starts. Subtropicals and Semi hardy bonsai should be repotted in winter when grown indoors. This is at the end of December or early January. Repotting involves changing the soil and trimming the roots so that new fine roots may grow. Soil breaks down in time and needs replaced. Signs of the need to report include water not be absorbed and roots that fill the pot (lift the tree and look). When you repot, add iron, micronutrients, mycrorhyza and Bio Gold to the bottom layer of soil. You can trim MOST root systems back by 1/3 at repotting time. Be sure to put mesh over the pot holes and wire the bonsai into the pot. After repotting, you will soak the bonsai in a solution of water and transplanting solution.
Some indoor bonsai may be kept indoors year round IF provided with plenty of light, higher than normal household humidity and regular watering and fertilizer. They will benefit greatly from being placed outdoors in frost-free weather. When making the transition form indoors to outdoors you must be careful to prevent leaf burn. For some species you can defoliate before moving the tree outdoors. For other species you will need to slowly acclimate the bonsai by moving it into a shady area first before gradually moving it to full sun. Growing bonsai indoors is an adventure in learning. Start with one or two of the easier species and achieve success with them before moving on. Start with small sized bonsai, as the light requirements for them are more achievable than larger species.
What Species Make Good Indoor Bonsai?
Characteristics of trees that make good indoor bonsai: * Life cycles that do not require temperature fluctuations…temperature and seasonal changes in their natural environment are minimal * Their natural climate is similar to that of our home's interior. * They exhibit the normal traits of good bonsai…e.g. adapt to pot environments, small leaf size, good branching.
Some Species that have been grown for bonsai indoors



Pemanis di Tengah Kota

Art Of Bonsai

Art of Bonsai
Coconut of Bonsai

Tips Bonsai penanaman

Andhini tidak mengerti jalan pikiran almarhum ayahnya. Mengapa bonsai milik ayahnya yang selama ini ia inginkan malah diwariskan kepada kakaknya. Padalah ia telah tertarik kepada bonsai itu sejak 11 tahun yang lalu. Saat itu ia yang masih duduk di kelas 3 SD selalu antusias mengamati ayahnya merawat bonsai tersebut. Ia pun menyatakan kepada ayahnya bahwa suatu hari nanti ia ingin meneruskan tugasnya merawat bonsai tersebut. Sementara kakaknya baru tertarik dengan bonsai tersebut sekitar 2 tahun yang lalu.

Oleh ayahnya, Andhini hanya diwarisi peralatan bercocok tanam dan sebuah buku mengenai bonsai. Ayahnya yang sedang sakit saat itu hanya berkata “Tentukanlah sendiri tanaman bonsai kesayanganmu. Pilihlah dengan hatimu. Rawatlah ia dengan penuh kesabaran. Peliharalah hanya satu bonsai saja”.

Tidak mudah bagi Andhini untuk mencari tanaman lain yang menarik hatinya. Wajar saja, bertahun-tahun yang ada dalam hatinya adalah bonsai milik ayahnya. Namun, suatu hari ia baru menyadari bahwa ada sebuah tanaman di pekarangannya yang dapat ia jadikan tanaman bonsai. Batangnya merupakan perpaduan antara kekokohan dan keanggunan. Daun-daunnya dapat menjadi peneduh mata bagi yang melihatnya.

Andhini pun kini sedang mempelajari karakteristik tanaman tersebut dan teknik pembonsaiannya.

Tips Bonsai

Sebelum membuat bonsai, pilih dulu bakal bonsai berikut :
Bibit bonsai seharusnya sehat, daunnya hijau serta tidak terserang hama penyakit. Bibit sebaiknya berasal dari cangkokan atau stek yang tidak membentuk akar tunggang, namun banyak memiliki akar lateral.

Tanaman yang dapat dibikin bonsai adalah getah perca, kawista, maja, sawo kecik, sawo biasa, sawo durian, cerme belanda, jambu biji, jeruk kingking, juwet kerikil, azalea, kaca piring, kayu putih, kayu manis cempaka kuning,asem, beringin dan banyak lagi.

Tahapan sebelum bakal bonsai ditanam :
Membuang dahan-dahan yang tidak diperlukan. Mengurangi atau mengganti tanah yang bersal dari pembibitan. Mengurangi perakaran dan mensucihamakan.

Sekedar mengiiingatkan, tanah dari pembibitan tidak sesuai dengan persyaratan untuk dipakai terus dalam pot bonsai sehingga harus sering dibuang. Sebagai langkah mensucihamakan, tanah didalam pot atau keranjang disiram insektisida dengan kepekjatan 0.005-0,1%. Lantas pot atau keranjang dibiarkan ditempat teduh selama 10-15 hari.

Sewaktu memindahkan bakal bonsai dan memisahkan akar dari tanah hendaknya dikerjakan ditempat teduh, Untuk memudahkan pembuangan tanah, sebaiknya dibasahi dulu. Dengan menaggunakan pencungkil dari bambu, tanah bagian bawah dibuang dulu dengan diikuti pemangkasan akar yang sudah panjang.

Sebelum bakal bonsai ditanam, pot harus sudah disiapkan termasuk pemberian lapisan kerikil dasarnya. Selanjutnya disiapkan pula media yang berupa campuran tanah liat 50%, pasir 20%, dan kompos 30%. Diatas lapisan kerikil tadi diberi media secukupnya untuk menancapkan bakal bonsai.

Setelah pot dan media tanahnya siap, maka tanamlah bakal bonsai tersebut diatas tanah dalam pot. Kemudian isi rongga antar akar-akar dengan tanah yang sama campurannya. Kalau bisa tanah-tanah tersebut dipadatkan dengan menggunkan kayu kecil.

Setelah penempatan akar selesai, permukaan akar ditutup tanah hingga batas leher akar. Permukaan tanah bisa diratakan, namun seni kalau diatur agak landai dengan batang bonsai sebagai puncaknya. setelah ditanam siramlah bakal bonsai tersebut dengan menggunkan sprayer. Kalau bisa permukaan tanahnya diberi mos kering yang berfungsi sebagai mulsa.

Langkah selanjutnya membentuk kerangka dasar bonsai. Hal ini dapat dilakukan jika bakal bonsai tersebut sehat dan kokoh.
Caranya, dahan-dahan yang dianggap berlebihan dipangkas dengan gunting. Upayakan pangkasan tersebut tepat pada pangkalnya sehingga merata dengan permukaan batang.

Batang pokok dapat diatur demikian :
Tegak lurus dengan dahan membentuk mahkota yang simetris.
Berliku-liku namun menjulang keatas
Miring hingga menggelantung
Berbatang pokok lebih dari satu yang tumbuh dekat leher atau lebih tinggi.

Merubah bentuk dan arah tumbuhnya batang pokok serta dahan-dahan merupakan suatu paksaan. Ini pun sangat memakan waktu hingga bentuk dan arah yang dikehendaki tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kawat kuningan, tali rafia, tang, gunting pangkas, gunting biasa, pisau kecil dan cellotape. Nah, kemudian lilitlah batang, cabang, atau ranting dengan kawat kuningan sesuai bentuk yang dikehendaki. Untuk mengarahkan cabang yang dililit tadi cukup ditarik dengan tali rafia.

Pemeliharaan berikutnya :
Pabgkaslah cabang atau dahan yang menyimpang dari rencana.
Pangkaslah ranting-ranting yang tumpang tindih.
Pangkaslah dahan yang terlalu rimbun.
Penyiraman setiap hari menggunakan sprayer agar lepasnya air halus dan kecil.
Selama perawatan, tak pernah ada zat atau bahan yang digunakan untuk mengkerdilkan bonsai.

Pemupukan diberikan 3 kali dalam setahun yakni berupa NPK 15-15-15 dengan dosis 25-50 gram/4 bulan. Lebih bagus lagi menambahakn pupuk kandang atau kompos dan bahan organik lain secukupnya.

www.anekatips-trik.blogspot.com

Penilaian Bonsai Menurut Seniman

Selama ini bonsai diklaim sebagai karya seni, khususnya seni rupa. Itu sebabnya menyebut bonsai selalu dengan tambahan kata seni di depannya. Tapi, bagaimana pandangan seniman sendiri terhadap seni bonsai? Maka tiga seniman yang terdiri dari pematung, pelukis dan fotografer diminta secara khusus oleh PPBI Sidoarjo melakukan penilaian dalam Pameran Apresiasi Bonsai.

Ternyata, dari 103 bonsai yang dipamerkan, terpilih oleh tiga seniman tersebut sebanyak 25 bonsai. Tiga seniman itu adalah; Rudi Isbandi (pelukis), Sigit Margono (pematung) dan Wayan Setiadarma (fotografer). Masing-masing memilih 10 bonsai, kecuali Sigit yang hanya “menemukan” 9 bonsai. Dari 25 bonsai yang terpilih itu, hanya 4 (empat) bonsai yang dipilih oleh dua pengamat. Yang lain, masing-masing hanya mendapatkan apresiasi dari 1 pengamat.

Sepintas, penilaian itu memang menunjukkan hasil yang berbeda dengan penilaian versi juri PPBI. Apalagi, masing-masing pengamat melakukan penilaian secara sendiri-sendiri, tidak ada rapat kesepakatan. Beberapa bonsai yang selama ini disebut-sebut bergaya “kontemporer” berhasil memikat perhatian pengamat. Itu sebabnya, Sulistiyanto Suyoso tercatat paling banyak menerima penghargaan, yakni 5 (lima) bonsainya terpilih oleh 3 pengamat. (Hasil selengkapnya lihat tabel penilaian, red)

Sigit Margono menyatakan, bahwa penilaian yang dia lakukan berdasarkan kriteria; Kreativitas, Komposisi dan Hirarki. Lantaran aspek kretivitas itulah maka Sigit berani memilih bonsai no 15 (Lada-lada) diantara 9 pilihannya. Padahal, bonsai milik Budi Sanyoto itu jelas-jelas memiliki pot yang sangat besar, tidak sebanding dengan tanamannya. Dan ternyata, Wayan juga memilih bonsai yang sama. Apa boleh buat, bonsai yang tidak proporsional dengan potnya itu memang memiliki arti sendiri dimata pematung dan fotografer.

Teknis penilaian yang dilakukan Sigit, sangat berbeda dengan dua seniman lainnya, bahkan tidak lazim dilakukan oleh juri bonsai. Jika selama ini bonsai hanya dinilai dari tampak depannya, maka Sigit justru mengelilingi bonsai itu untuk mengetahui keseluruhan bentuknya. Itulah yang disebut hirarki. Bahwa pandangan dari depan itu disebut hirarki pertama. Berikutnya, adalah dari samping, kiri dan kanan, serta dari belakang.

Sementara dari sisi fotografis, Wayan menilai bahwa bonsai merupakan karya seni yang sangat menarik untuk dipotret. Hal ini karena bonsai merupakan produk seni yang eksotis, disamping itu memiliki angle of view yang sudah ditentukan.

Menurut staf pengajar di Unesa dan Unipa Surabaya itu, bonsai dikatakan sebagai sebuah produk seni yang eksotis karena kalau diamati secara mendalam, akan ditemukan berbagai unsur kesenirupaan di dalamnya. Mulai dari unsur garis, bidang, warna, tekstur, dan volume. Unsur-unsur itulah yang juga ditemui dalam seni fotografi. Sedangkan angle of view, sangat berperan dalam sebuah karya fotografi. Karena dengan sudut pengambilan gambar yang tepat, sebuah obyek yang difoto tersebut baru akan terwakili.

Memotret bonsai, kata Wayan, tidak semudah seperti memotret benda mati (still life photography). Karena bonsai adalah karya seni yang terdiri dari partikel dan gelombang (frekuensi). Diperlukan penghayatan yang cukup mendalam sebelum menentukan angle of view dari sebuah bonsai yang akan dipotret.

Lima syarat pemotretan bonsai adalah; Pencahayaan yang baik, Pemilihan latar belakang, Penempatan bonsai yang tepat, Pemilihan lensa yang sesuai, dan Pemahaman karakteristik bonsai. Lima hal ini sangat diperlukan sehingga bonsai yang kita potret menjadi sebuah karya foto yang memiliki getaran/gelombang seperti pada saat kita menghayati sebuah karya bonsai yang sesungguhnya. Jadi bukan hanya sekadar foto.

Unsur kedalamannya sangat terasa, teksturnya muncul, bahkan dapat kita rasakan meliuknya dahan-dahan bonsai yang sedang tertiup sang bayu. Pemilihan lensa yang sesuai mutlak diperlukan untuk memotret bonsai, karena kalau salah dalam menentukan ukuran lenasa, bonsai yang anggun menawan akan berubah total menjadi foto bonsai yang kerdil, tidak proporsional, karena distorsi.

Estetika Salon

Pelukis Rudi Isbandi menilai, bahwa keindahan bonsai yang beraneka ragam bentuk, jenis dan karakter dalam pameran ini, dapat dimasukkan dalam jenis Salonian. Artinya, keindahan yang terbentuk dalam olah kreatif pecinta bonsai itu mengacu pada estetika salon.

Ketrampilan teknis yang dipertaruhkan pada rupa/bentuk yang serba molek, mungil, unik dan penuh control tersebut, menggambarkan imaji penciptaan pertumbuhan bonsai yang berwibawa (grandeur), penderitaan/kesengsaraan (miserable), unik dan spesifik, atau mungil dan cantik. Tidak ada yang mengolah atau menggarap bentuk bonsai yang liar tapi alami (natural).

Bonsai-bonsai jenis salonian memang memperlihatkan kesabaran olah kreatif yang tinggi, namun sesungguhnya juga menyimpan makna perkosaan pada pertumbuhan tanaman tersebut secara berlebihan.

Sesungguhnya salonian juga terjadi pada fotografi dan seni rupa. Namun karena keduanya bukan obyek yang hidup, maka aspek sadisme tidak terkesan nyata (ilusif). Oleh karena itu yang menjadi esensi yang sebenarnya kesabaran olah kreatif yang matang dan tidak deksuro (otoriter). Sehingga konsepnya bukan antroposentris tetapi lebih bersifat humanism dan ekologis. – henri nc

Feng Shui and Bonsai - A Perfect match

Over the past several years, thousands upon thousands of people have learned the value of bending two ancient Asian art forms – Feng Shui and Bonsai. Because both represent harmony, peace, and prosperity, it would only make sense that the two would go hand-in-hand. To understand why Feng Shui and Bonsai is such a great match, it is important to first understand each entity in its own right.

Feng Shui

We will start with Feng Shui, which is an ancient Chinese practice that involves proper placement along with arrangement of space and items, as a means of achieving total harmony with the environment. If you were to look at the translation for Feng Shui, you would see it stands for “wind” and “water”, which are two elements seen in this practice most.

People around the world have adopted the Feng Shui style of decorating to help with business prosperity and personal happiness. The interesting thing about Feng Shui is that an entire room or home can be decorated using the principles or just a portion of. Regardless, the goal is to create harmony with nature, which is brought on by placement of water, wood, sun, and other elements.

Feng Shui dates back to the Song Dynasty from 1126 to 1278. Historians believe that this practice actually has strong ties to Confucianism. However, it was not until the 19th century when diagrams, charts, and even numerical factors were published by the Chinese government. During this time however, controversy erupted specific to proper application of this practice.

Remember that with Feng Shui, a number of things are included such as furniture, dwellings, land, landscaping, possessions, and so on. To give you a few ideas of guidelines associated with Feng Shui, consider the following:

1. Clutter should be eliminated
2. Feng Shui does not allow sharp corners or straight lines, specifically in relation to where people stand, sleep, or sit.
3. Door entrance from a lying in bed or sitting in a chair position needs to be within a clean line of sight
4. You want to have as much view as possible
5. As a means of confusing and eliminating evil spirits will often have curved and twisting roads
6. Certain objects such as mirrors, wind chimes, water fountains, and crystals help with power of reflection, shifting energy, and the power of redirection

With Feng Shui in homes, you might find a mirror with a wooden framed being placed near the front door, certain furniture pieces facing a particular direction, fountains located strategically indoors and outdoors, and so on. All of the placements are what promote healthy, harmony, and prosperity.

Bonsai

Now, with bonsai, this too is an ancient Asian practice associated with the creation of miniature trees. These trees and planters are grown in pots and various types of containers, which include pine, oak, azalea, and many fruit-bearing and flowering species. While bonsai began in China, it actually became popular in Japanese, as Buddhist monks brought the plants into the country. Over years, people traveling into Japan were mystified by this miniature and unusual tree, which is why we now see bonsai a favorite art form around the world.

With bonsai, regularly sized trees are trained to become miniature specimens, which are beautiful and intriguing. Without doubt, the art of bonsai is not for everyone in that it requires tremendous patience and effort. However, for people who love challenging the mind, the art form of Bonsai makes a wonderful choice. When referring to bonsai in Japanese, the entire basis is that of evoking essential spirit of the plant, which is the goal for bonsai enthusiasts in the United States.

The exciting aspect of bonsai is the wonderful styles. For instance, some of the more popular choices include cascade, semi-cascade, raft, upright, formal upright, literati, and group or forest. Each of these styles offers something very unique, typically being used for specific types of trees. In other words, different trees work best with certain styles.

With the formal upright as an example, you would have a tapering trunk with balanced or proportioned branches. Now, if you went with an informal upright, the difference may include a small bend or curve of the tree. Two other popular options include the cascade and semi-cascade. Both of these styles are representative of the oriental trees you would see growing gracefully over the water’s edge or perhaps on the side of a towering mountain. The only difference between the two styles is the cascade leans more.

For the raft style of bonsai, you would have something very unique in that a new root system actually grows out of the existing trunk. In most cases, this particular style of bonsai is planted along with the original root system still in place. In addition, the raft style of bonsai includes the bark being trimmed off, presenting smooth, new bark. However, the trunk of this bonsai is eventually buried into the soil, although some people do this immediately.

Two other styles of bonsai mentioned include the literati and group/forest. In the first case, you have small amounts of branches, which are trained high up on contorted or twisted trunk. In fact, this particular style often includes an S-shape on the lower portion of the trunk. Then for the group or forest bonsai, you would have three or more trees planted in the same container or pot.

With both Feng Shui and bonsai being ancient oriental practices and principles, it only makes sense that you would see the two combined. Today, we see a number of businesses turning to the art and belief of Feng Shui and bonsai to create the perfect working environment. The interesting thing about this is that studies show setting up a business or workspace using these two principles creates a sense of harmony and peace, while encouraging higher levels of productivity and team interaction.

The same is true for people using Feng Shui and bonsai within the home. Today, we see a number of families also looking for ways to live more harmoniously. By arranging furniture in the right way and by using the appropriate Feng Shui materials such as water and wood, this can be achieved. Then when you add in the benefits of bonsai, you really have an amazing environment.

Keep in mind that with both Feng Shui and bonsai, you do not have to have your home or office decorated with an Asian flare. These practices can be incorporated into any style home. For some people, a particular space is created while for others, the entire office of home is done. For instance, in the office environment, a company could create a calming waiting area for clients while actual offices and workspace is in a traditional style. At home, perhaps the family room or bedrooms would be great choices for Feng Shui and bonsai while the remainder of the home is contemporary, transitional, French, or whatever style you like. As you can see, Feng Shui and bonsai is the perfect match, balancing each other out beautifully.

Modern Masters - Bonsai in the 21st Century

During the 15th century, people commonly saw carved and natural display stands in China, featuring miniature landscapes. Then in the following century, a number of books were written specific to this new form of growing small trees, which then led to the creation of paintings and scrolls. Buddhist monks introduced the art form of bonsai to Japan, caring for these dwarfed plants and trees with the greatest of care. Although China is where bonsai originated, Japan made it famous.

Eventually, images of potted miniature trees were seen everything, becoming commonplace for most households, temples, schools, and so on. By the turn of the 19th century, the philosophy of bonsai began to take a somewhat different approach. New styles, training methods, and even a larger variety of plants and trees were used. The result was a magnificent, three-dimensional effect, which we have now come to know and love as bonsai.

During this time, a number of masters held rank as being incredible skilled in the growing and training of bonsai. However, as time passed, new masters appeared, taking many of the old practices and philosophies, coupling them with modern creativity. Because of this, you will see some amazing designs and styles, dripping with aesthetic charm and energy.

John Yoshio Naka

We will start with John Yoshio Naka, born in 1914 and passing away in 2004. Considered a “grand master” in the art of bonsai, John was considered among the top greatest contemporary masters in the world. Although he was born in a farming community in Colorado, he was taken back to Japan at the age of eight. While there, John spent a lot of time with his grandfather who taught him the history and philosophy of bonsai. John would watch his grandfather carve and shape trees, while being encouraged to learn. In 1926, John’s grandfather died and although John studied a number of things in school, bonsai had a special place in his heart. John was so talented that he even went on to teach bonsai.

With a natural artistic talent, John was asked to get involved with the study of landscape, a time of learning more about nature and how various things balance. Around 1935, word of war was spreading quickly so John and his brother Sadao were sent back to Brighton, Colorado. In 1936, John married and had three sons of his own. However, while busy working and raising a family he never forgot the valuable lessons from his beloved grandfather.

Ten years later, John wanted more than just farming so he moved his family to Los Angeles, California where he established a landscaping business, but one with a strong emphasis on Japanese gardens, including bonsai. A chance meeting with Sam Doi, a bonsai expert from California was the start of John reading a number of books specific to bonsai, learning more about the art. The result was John creating a 36-inch deciduous.

Two years later, along with the assistance of four friends, John began to introduce Bonsai in a more formal way. Developing various bonsai and landscaping clubs, John won first prize in 1951 at the California International Flower Show. With popularity of bonsai growing on the rise, the clubs also grew. Over the years, John was on a number of television shows and began expanding his bonsai training to different species of trees. Although John was famous for so many wonderful things, his Goshin juniper forest was one of his most treasured, a wonderful 32-inch container that actually consisted of 11 trees. John was not just a bonsai enthusiast but also a demonstrator and master for Bonsai clubs around the globe.

Yuji Yoshimura

Born in 1921, Yuji was the son of Toshiji Yoshimura, one of the most respected leaders in the world of bonsai. Yuji’s father owned a nursery in the suburbs of Tokyo, growing bonsai, along with founding the Nippon Bonsai Society. With the eldest son dying when Yuji was just three years of age, the family tradition would be passed on to him. With resources at his fingertips, Yuji studies various forms of bonsai, specifically those from the traditional realm.

Graduating from the Tokyo Horticulture School where bonsai, along with garden art, and bonkei were studies, Yuji had exceptional knowledge that was worked into his career with the nursery. At the age of 30, Yuji worked with a friend and interpreter on the creation of various books specific to arts and crafts of the Orient. These books provided readers with not just demonstrations but also actual bonsai courses that could be taken. While Yuji had a number of less important books published, his big break came in 1957 when The Japanese Art of Miniature Trees and Landscapes as published.

Being even more popular as a bonsai master, Yuji was asked to visit the Brooklyn Botanic Garden where he was granted a fellowship to teach. Working from the West to East coast, Yuji developed new workshops that provided intense demonstration, specifically in Menlo Park. However, Yuji would eventually spend time in Australia where he again left his imprint on the bonsai world.

From 1960 forward, Yuji lectured around the world and in 1964 after his wife and daughters came to America from Japan, he started to import containers and some Japanese bonsai. In addition to his travels, he continued to write, doing all he could to educate the public about the beautiful art form of bonsai. In fact, his work was so recognized that an article was written about him in the 1966 edition of the Wall Street Journal.

By 1971, Yuji was leading the bonsai tour of Japan, and then working a joint convention in Kansas City, Missouri. In 1975, Yuji’s father died with people in the bonsai community mourning. Keeping with the tradition and love of Bonsai, Yuji continued his work when in 1982 he led another tour for bonsai clubs but this time, in India. That same year, the National Bonsai Foundation, Inc. in Washington, DC was established.

Saburo Kato

Since the 19th century, the Kato family had been involved in the horticultural business in Japan. The master, Jihei’s son, Tomekichi was the founder of the Mansei-en Nursery and having been raised around plants and trees his entire life, also grew into a well-respected master. Although Tomekichi never had any sons, a young man born in 1883 by the name of Taketa grew into a young man with a burning desire to learn bonsai. Eventually, Taketa married the eldest daughter of Tomekichi, thus taking on the Kato name. In addition, Taketa changed his name to Tomekichi Kato II.

Tomekichi II was very skilled with cultivating trees for bonsai and was particularly fond of the Ezo spruce. With a short growing season, the Ezo took great dedication to grow. Considered challenging as well, the Ezo was also the ideal shape for bonsai. However, so many trees died that Tomekichi II’s colleagues recommended he begin working with another species. Shortly thereafter, the Great Kanto Earthquake occurred at which Tomekichi opened the doors of the Mansei-en nursery to people in the village whose homes were destroyed. This led to a number of people also taking up interest in bonsai, becoming apprentices.

Although Tomekichi had been told to leave the Ezo spruce alone, he was transplanting one in 1928 when he noticed rotten sphagnum moss on the battered roots. He carefully removed the material, planting the Ezo in regular soil. To his surprise, the tree grew healthy and strong, identifying that the sphagnum was the problem with the Ezo dying previously. In 1915, Saburo Kato was born to Tomekichi where as his father before him, grew up with bonsai. As an excellent student, Saburo would follow his father around to help gather trees.

When Tomekichi died at the age of 64 in 1946, Saburo naturally stepped up to assume operation of the Mansei-en Nursery in Tokyo. Although bonsai had some rough years, American soldiers became fascinated with these miniature trees, learning to exchange food and supplies for the bonsai. This art form became so popular with the American GI’s that Saburo was asked to teach classes on the American base, a request coming directly from General MacArthur.

In addition to opening the art of bonsai to the public, this also renewed Saburo’s faith. The result was literally a rebirth of interest in bonsai not just in Japan but also around the world. By 1963, Saburo had his first work published entitled, “Yoseue: Ishizuki Bonsai.” From this point forward, additional books were published and a number of bonsai exhibitions hosted by Saburo. With so many claims to fame, probably one of Saburo’s greatest was the 1980 First World Bonsai Convention held in Osaka. Attendees from 10 countries were there, which involved the display of more than 1,800 trees and stones from Japan, as well as 72 magnificent photographs of bonsai. Saburo went on to receive a number of prestigious awards for his unrivaled skill and dedication to the world of bonsai.

The common denominator amongst the most recent bonsai masters is the changes seen in the creativity of bonsai. In other words, because bonsai were complicated in the beginning, growing of these miniature trees was a skill that most commoners were not able to achieve. However, with masters such as the three discussed, education of the bonsai, as well as more creative styles opened the door to better understanding around the world. These men took a complex art and transformed it into something anyone can do.